Hubungan Ilmu Budaya Dasar dan
Sastra
Adalah suatu kebudayaan yang dibuat oleh manusia. Seni
adalah sebuah karya yang dibuat manusia, sedangkan sastra adalah suatu bahasa
yang dibuat manusia. Namun peran sastra lebih dominan, karena sastra mencakup bahasa
untuk melakukan komunikasi antar manusia
itu sendiri, melakukan hubungan sosil dengan orang lain.
Karya sastra dapat dibagi menjadi dua. Karya sastra yang menyuarakan aspirasi
jamannya dan karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya. Karya sastra yang
menyuarakan aspiras jamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang
dikehendaki jamannya. Sedangkan karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya
mengajak pembacanya untuk merenung.
Ilmu Budaya Dasar bukan hanya diberikan untuk dalam ahli satu bidang tentang
budaya saja, namun Ilmu Budaya Dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian
masing-masing orang untuk memperluas wawasan pemikiran dan kritikal terhadap
nilai budaya.
Pembelajaran sastra sejak dulu sampai sekarang selalu menjadi permasalahan.
Tentu saja permasalahan yang bersifat klasik tetapi hangat atau up to date.
Umumnya yang selalu dikambinghitamkan adalah guru yang tidak menguasai sastra,
murid-murid yang tidak apresiatif dan buku-buku penunjang yang tidak tersedia
di sekolah. Padahal, pembelajaran sastra tidak perlu dipermasalahkan jika
seorang guru memiliki strategi atau kiat-kiat yang dapat dijadikan sebagai
alternatif.
Karya sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia pendidikan dan
pengajaran. Sebab itu sangat keliru bila dunia pendidikan selalu menganggap
bidang eksakta lebih utama, lebih penting dibandingkan dengan ilmu sosial atau
ilmu-ilmu humaniora.
Masyarakat memandang bahwa karya sastra hanyalah
khayalan pengarang yang penuh kebohongan sehingga timbul klasifikasi dan
diskriminasi.
Padahal karya sastra memiliki pesona tersendiri bila
kita mau membacanya. Karya sastra dapat membukakan mata pembaca untuk
mengetahui realitas sosial, politik dan budaya dalam bingkai moral dan
estetika.
Dari dulu sampai sekarang karya sastra tidak pernah pudar dan mati. Dalam
kenyataan karya sastra dapat dipakai untuk mengembangkan wawasan berpikir
bangsa. Karya sastra dapat memberikan pencerahan pada masyarakat modern.
ketangguhan yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Di satu pihak, melalui
karya sastra, masyarakat dapat menyadari masalah-masalah penting dalam diri
mereka dan menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab terhadap perubahan
diri mereka sendiri.
Sastra dapat memperhalus jiwa dan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk
berpikir dan berbuat demi pengembangan dirinya dan masyarakat serta mendorong
munculnya kepedulian, keterbukaan, dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan. Sastra mendorong orang untuk menerapkan moral yang baik dan luhur
dalam kehidupan dan menyadarkan manusia akan tugas dan kewajibannya sebagai
makhluk Tuhan, makhluk sosial dan memiliki kepribadian yang luhur.
Selain melestarikan nilai-nilai peradaban bangsa juga mendorong penciptaan
masyarakat modern yang beradab (masyarakat madani) dan memanusiakan manusia dan
dapat memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, melatih kecerdasan
emosional, dan mempertajam penalaran seseorang.
Pengaruh Budaya
Terhadap Sastra
Bahasa tidak hanya memunyai hubungan
dengan budaya, tetapi juga sastra. Bahasa memunyai peranan yang penting dalam
sastra karena bahasa punya andil besar dalam mewujudkan ide/keinginan
penulisnya.
Banyak hal yang bisa tertuang dalam
sebuah sastra, baik itu puisi, novel, roman, bahkan drama. Setiap penulis karya
sastra hidup dalam zaman yang berbeda, dan perbedaan zaman inilah yang turut
ambil bagian dalam menentukan warna karya sastra mereka. Oleh karena itu, ada
beberapa periode dalam penulisan karya sastra, seperti Balai Pustaka, Pujangga
Baru, Angkatan 45, Angkatan 66, dan sebagainya. Setiap periode
"mengangkat" latar belakang yang berbeda-beda sesuai zaman dan budaya
saat itu.
Sebagai contoh, kesusastraan Indonesia.
Kesusastraan Indonesia menjadi potret sosial budaya masyarakat Indonesia. Tidak
jarang, kesusastraan Indonesia mencerminkan perjalanan sejarah Indonesia,
"kegelisahan" kultural, dan manifestasi pemikiran Bangsa Indonesia.
Misalnya, kesusatraan zaman Balai Pustaka (1920 -- 1933). Karya-karya sastra
pada zaman itu menunjukkan problem kultural ketika Bangsa Indonesia dihadapkan
pada budaya Barat. Karya sastra tersebut memunculkan tokoh-tokoh (fiksi) yang
mewakili golongan tua (tradisional) dan golongan muda (modern). Selain itu, ada
budaya "lama", seperti masalah adat perkawinan dan kedudukan perempuan
yang mendominasi novel Indonesia pada zaman Balai Pustaka. Sekarang ini, novel
Indonesia cenderung menyajikan konflik cinta, sains, kekeluargaan, dll..
Bagaimana pendapat Anda mengenai puisi
zaman sekarang? Tentu saja ada perbedaan yang sangat kentara, baik dalam topik
yang "diangkat" maupun bahasa yang digunakan. Sebagai contoh,
kumpulan puisi Mbeling karya Remy Sylado, tahun 2005. Sebagian besar puisi
Mbeling yang ia tulis mengangkat kehidupan politik pada saat itu, seperti
korupsi, koruptor, individualisme, dll.. Secara penulisan, beberapa puisi karya
Remy Sylado hanya terdiri 1 -- 2 kata saja dan disusun dengan tipografi yang
unik. Misal, puisi berjudul "Individualisme dalam Kolektivisme".
Puisi ini hanya terdiri dari kata "kita" dan "aku". Kedua
kata ini disusun dengan pola membentuk persegi panjang, dengan kata
"AKU" (kapital) pada titik diagonalnya. Jika dibandingkan dengan
puisi pada zaman Muhammad Yamin, tentu mengalami perbedaan. Meskipun mengangkat
tema yang sama, misalnya politik, tetapi konten penyajian puisi sangatlah
berbeda. Puisi Muhammad Yamin lebih mengangkat sisi perumusan konsep
kebangsaan, meskipun saat itu masih dalam lingkup Sumatera. Jelas sangat
berbeda dengan puisi Remy Sylado, yang lebih condong menyajikan sisi kehidupan
politik sebuah bangsa berkembang dengan kondisi pemerintahan yang kurang baik.
Perbedaan karya sastra setiap periode
bukanlah semata-mata karena ide/gagasan dari penulisnya. Perbedaan ini
dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik, dan budaya yang terjadi pada saat
itu. Bahkan, jika kita mau merunut karya sastra dari awal sampai sekarang, dan
meneliti lebih dalam mengenai latar belakang ideologi saat itu, kita bisa
mendapati bagaimana proses perjalanan Bangsa Indonesia. Meskipun karya sastra
di Indonesia bisa dibilang hampir pada posisi "tengah" -- tidak
terlalu menonjol dan tidak terpuruk, namun perlu disadari bahwa budaya barat
sedikit demi sedikit, dari waktu ke waktu, turut memengaruhi karya sastra
Indonesia.